NAMA KELOMPOK : 1. MIRA SANDRANA
2.
ENDANG MUJAYANA
KELAS : AGB-B 2015
PERMASALAHAN
LINGKUNGAN PADA PENGOLAHAN KEDELAI
Kebutuhan kedelai di dalam negeri terus meningkat
seiring pesatnya perkembangan industri pangan dan pakan olahan berbahan baku kedelai.
Sebagai bahan pangan, kedelai mengandung protein nabati yang sangat tinggi
nilai gizinya, mengandung zat radikal bebas yang tinggi sehingga sangat
bermanfaat bagi kesehatan dan sangat aman untuk dikonsumsi. Sekitar 80%
penduduk Indonesia (terutama di Jawa) mengkonsumsi makanan olahan kedelai
(fermentasi dan non fermentasi), seperti: susu kedelai, tempe, tahu, kecap,
tauco, abon kedelai, daging tiruan/meat analog (untuk vegetarian), minyak dan
bungkil kedelai, dan berbagai bentuk makanan ringan/snack (keripik, rempeyek,
dll).
Di Indonesia pengolahan kedelai banyak dibuat
menjadi tahu dan tempe. Tahu adalah salah satu makanan tradisional yang biasa
dikonsumsi setiap hari oleh orang Indonesia. Proses produksi tahu menhasilkan 2
jenis limbah, limbah padat dan limbah cairan. Pada umumnya, limbah padat
dimanfaatkan sebagai pakan ternak, sedangkan limbah cair dibuang langsung ke
lingkungan. Pada umumnya, limbah padat dimanfaatkan sebagai pakan ternak,
sedangkan limbah cair dibuang langsung ke lingkungan. Limbah cair pabrik tahu
ini memiliki kandungan senyawa organik yang tinggi. Tanpa proses penanganan
dengan baik, limbah tahu menyebabkan dampak negatif seperti polusi air, sumber
penyakit, bau tidak sedap, meningkatkan pertumbuhan nyamuk, dan menurunkan estetika
lingkungan sekitar.
Berikut adalah beberapa masalah lingkungan yang
dihasilkan akibat pengolahan produksi tahu dan tempe:
1. Air Limbah Dari Proses Produksi yang Mengganggu Lingkungan
Limbah industri tahu-tempe dapat
menimbulkan pencemaran yang cukup berat karena mengandung polutan organik yang
cukup tinggi. Dari beberapa hasil penelitian, konsentrasi COD (Chemical Oxygen
Demand) di dalam air limbah industri tahu-tempe cukup tinggi yakni berkisar
antara 7.000 - 10.000 ppm, serta mempunyai keasaman yang rendah yakni pH 4-5.
Dengan kondisi seperti tersebut di atas, air limbah industri tahu-tempe
merupakan salah satu sumber pencemaran lingkungan yang sangat potersial.
Saat ini pengelolaan air limbah industri tahu-tempe umumnya dilakukan dengan cara
membuat bak penampung air limbah sehingga terjadi proses anaerob. Dengan adanya
proses biologis anaerob tersebut maka kandungan polutan organik yang ada di
dalam air limbah dapat diturunkan. Tetapi dengan proses tersebut efisiesi
pengolahan hanya berkisar antara 50 % - 70 % saja. Dengan demikian jika
konsertarsi COD dalam air limbah 7000 ppm, maka kadar COD yang keluar masih
cukup tinggi yakni sekitar 2100 ppm, sehinga hal ini masih menjadi sumber
pencemaran lingkungan.
Suatu alternatif pengolahan limbah
yang cukup sederhana adalah pengolahan secara biologis, yakni dengan kombinasi
proses biologis "Anaerob-Aerob". Sistem ini pantas diterapkan pada
pengolahan limbah yang banyak mengandung bahan-bahan organik. Limbah industri
tahu/tempe merupakan salah satu jenis limbah yang banyak mengandung bahan-bahan
organik.
2. Ampas Tahu dan Tempe yang Berbau Busuk
Ampas tahu dalam bentuk aslinya
dapat menimbulkan dampak atau permasalahan lingkungan, karena hasil
degradasinya dapat menimbulkan persenyawaan yang berbau busuk jika ampas tahu
tidak dimanfaatkan. Untuk itu agar ampas tahu perlu untuk dimanfaatkan,
diantaranya yaitu :
·
Dimanfaatkan kembali untuk dibuat menjadi bahan makanan. (missal : taoco,
kecap, tepung)
·
Dibuat tempe gembus
·
Dibuat menjadi makanan ternak
Ampas tempe
hasil ikutan pengolahan tempe yang berasal dari bahan baku kacang kedelai
adalah berupa kupasan kulit ari kedelai dan juga air rebusan. Ampas tersebut
dapat dimanfaatkan untuk bahan makanan ikan / ternak.
0 komentar:
Posting Komentar
@mira_rara ツ
@Mirasandrana
hidup tuh punya tujuan ツ untuk sekarang,esok,dan masa depan ツ.bissmilahirohmanirohim ツI love Allah ツ
rengat,riau ,indonesia · http://mira-sandrana.blogspot.com
Sunting profil anda
* 161 Tweets
* 350 Following
* 88 Followers