PENGANTAR
ILMU EKONOMI
Tinjauan
Artikel
INFLASI
MIRA
SANDRANA
1506110814
AGRIBISNIS
B
2015
DOSEN
PEBIMBING:
Deby
Kurnia,SP,M.Si
AGRIBISNIS
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
RIAU
INFLASI
A. Pengertian
Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan
kenaikan harga barang atau jasa secara terus menerus dan kenaikan tersebut
meluas ke seluruh sektor perekonomian yang lain karena ketidakseimbangan arus
uang dan barang yang tersedia berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan
oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat,
berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi,
sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan
kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara
kontinu. Inflasi itu adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya
tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu
menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan,
dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara
terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga
digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat
sebagai penyebab meningkatnya harga. Biasanya angka inflasi ditunjukkan dengan
persentase.
Ada banyak cara untuk mengukur
tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.
B. Ciri-ciri
Inflasi
1)
harga barang dan jasa naik secara terus menerus
2)
jumlah yang beredar melebihi kebutuhan
3)
jumlah barang relatif sedikit
4)
nilai uang (daya beli uang) turun
C. Macam-macam
Inflasi dan Penyebabnya
1) Inflasi
dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu:
a)
inflasi ringan :
kenaikan harga berada di bawah angka 10% setahun
b)
inflasi sedang :
inflasi sedang antara 10%—30% setahun
c)
inflasi berat :
berat antara 30%—100% setahun
d)
inflasi hiperinflasi :
hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada
di atas 100% setahun.
2) Menurut
penyebabnya :
a)
Demand Pull
Inflation
Inflasi yang disebabkan oleh
meningkatnya jumlah permintaan akan barang dan jasa. Perhatikan grafik berikut
:
Keterangan:
Grafik
disamping menunjukkan hubungan antara harga barang (P), jumlah yang diminta dan
ditawarkan (Q), dan keseimbangan harga (E). Terjadinya Demand Pull Inflation
ketika permintaan akan barang dan jasa meningkat, maka kurva permintaan total
(D) bergeser dari D1D1 ke D2D2.
Ketika itu para pedagang akan mengambil keuntungan dengan menaikkan harga
barang dari P1 ke P2. Sehingga pada saat itu, terjadi
inflasi dan menimbulkan harga keseimbangan baru dari E1 ke E2.
Contoh kasus:
Mendekati hari raya Idul Fitri,
masyarakat berbondong-bondong ke pasar atau mall untuk membeli baju lebaran.
Ketika sebelum lebaran harga baju tersebut Rp 50.000,00. Karena pedangang
mengambil kesempatan itu untuk memperoleh laba yang lebih tinggi, maka pedagang
menaikkan menjadi Rp 75.000,00 dan menambah pasokan barang yang dijual. Mau
tidak mau sang pembeli menyetujuinya meskipun harganya lebih tinggi Rp
25.000,00. Kejadian seperti ini dikatakan sebagai Demand Pull Inflation.
b)
Cost Push
Inflation
Yaitu inflasi yang disebabkan oleh
kenaikan biaya produksi
Keterangan:
Grafik di atas menunjukkan perilaku
produsen ketika menghadapi situasi dimana harga produksi mengalami peningkatan.
Ketika terjadi kenaikan harga produksi maka produsen akan menaikkan harga dari
P1 ke P2 tetapi dia justru akan menurunkan jumlah
barang/jasa yang dihasilkan dari Q1 ke Q2 sehingga akan
menggeser kurva penawaran dari S1S1 menjadi S2.
Hal ini dilakukan agar produsen tidak terus merugi sambil menunggu harga
produksi kembali turun.
Contoh
kasus:
Di Magetan ada banyak perajin dari
bahan baku kulit. Ketika harga kulit naik, maka ongkos produksi sepatu, tas dll
juga akan mengalami kenaikan. Keadaan ini disebut dengan inflasi. Agar perajin
tidak merugi, mereka akan menaikkan harga jual produknya. Perajin juga akan
mengurangi jumlah produk yang dihasilkan, karena takut dengan harga tinggi
konsumen enggan membeli. Jika ini dibiarkan terus terjadi, maka perajin untuk
mengurangi beban produksi, maka mereka akan berpikir untuk mengurangi jumlah
karyawannya dan seterusnya. Kejadian seperti ini disebut dengan Cost Push Inflation.
Cost Push
Inflation terjadi karena 2 hal:
·
Kenaikan
harga (baik faktor produksi maupun harga barang lain) disebut Price Push Inflation
·
Permintaan
kenaikan upah atau gaji karyawan (Wage
Push Inflation)
c)
Inflasi karena bencana alam
menyebabkan
rusaknya barang barang produksi sehinga menyebabkan harga naik.
d)
Inflasi karena defisit anggaran belanja
untuk
mengurangi beban subsidi maka pemerintah membuat kebijakan menaikkan
harga. Contoh : BBM
e)
Inflasi campuran
inflasi yang
terjadi disebabkan oleh kombinasi (campuran) antara unsur inflasi tarikan
permintaan dan inflasi inflasi dorongan biaya produksi
f)
Inflasi impor (imported inflation)
inflasi yang
terjadi karena pengaruh inflasi dari luar negeri karena adanya perdagangan
antarnegara.
3) Menurut asal
inflasi:
a.
domestic inflation : inflasi yang berasal dari dalam
negeri tanpa adanya pengaruh dari negara lain
b.
imported inflation : inflasi yang berasa dari luar
negeri
c.
inflasi yang berasal dari defisit anggaran belanja
negara
D. Penggolongan
Inflasi
Berdasarkan asalnya, inflasi dapat digolongkan menjadi
dua, yaitu inflasi yang berasal dari dalam negeri dan inflasi yang berasal dari
luar negeri. Inflasi berasal dari dalam negeri misalnya terjadi akibat
terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang
baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan makanan menjadi mahal.
Sementara itu, inflasi dari luar negeri adalah inflasi yang terjadi sebagai
akibat naiknya harga barang impor. Hal ini bisa terjadi akibat biaya produksi
barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tarif impor barang.
Inflasi juga dapat dibagi berdasarkan besarnya cakupan
pengaruh terhadap harga. Jika kenaikan harga yang terjadi hanya berkaitan
dengan satu atau dua barang tertentu, inflasi itu disebut inflasi tertutup
(Closed Inflation). Namun, apabila kenaikan harga terjadi pada semua
barang secara umum, maka inflasi itu disebut sebagai inflasi terbuka (Open
Inflation). Sedangkan apabila serangan inflasi demikian hebatnya sehingga
setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat
menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi
yang tidak terkendali (Hiperinflasi).
E. Mengukur
inflasi
Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat
persentase perubahan sebuah indeks harga. Indeks harga tersebut di antaranya.
Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price
index (CPI), adalah indeksyang mengukur harga rata-rata dari barang
tertentu yang dibeli oleh konsumen.Indeks biaya hidup atau cost-of-living
index (COLI).Indeks harga produsen adalah indeks yang mengukur harga
rata-rata dari barang-barang yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses
produksi. IHP sering digunakan untuk meramalkan tingkat IHK di masa depan
karena perubahan harga bahan baku meningkatkan biaya produksi, yang kemudian
akan meningkatkan harga barang-barang konsumsi.Indeks harga komoditas adalah
indeks yang mengukur harga dari komoditas-komoditas tertentu. Indeks harga
barang-barang modal.
Deflator PDB menunjukkan besarnya perubahan harga dari
semua barang baru, barang produksi lokal, barang jadi, dan jasa.
F. Cara
Mengatasi Inflasi
Ada 3 cara
untuk mengatasi inflasi suatu negara atau daerah, diantaranya:
1.
kebijakan moneter atau sering disebut kebijakan uang
ketat (fight money policy) pengendalian
inflasi dengan cara mengendalikan (mengurangi) jumlah uang yang beredar di
masyarakat. Ada 5 cara yaitu:
a.
Politik Diskonto (Discount Policy), yaitu politik bank
sentral untuk mempengaruhi jumlah peredaran uang dengan cara menaikkan dan
menurunkan tingkat suku bunga bank. Ketika inflasi tinggi maka masyarakat
dihimbau untuk menabungkan uangnya di bank agar JUB menurun dengan cara
menaikkan tingkat suku bunga
b.
Politik Pasar Terbuka (Open Market Operation), yaitu
dengan jalan menjual surat-surat berharga (berupa Sertifikat Bank Indonesia.
c.
Politik kredit selektif, yaitu dengan cara memperketat
atau mempersulit pemberian kredit pada
masyarakat.
d.
Politik sanering, yaitu dengan cara penyehatan kembali
nilai uang
2.
kebijakan fiskal, yaitu kebijakan pemerintah untuk
mengatur anggarannya. Ada 3 cara, yaitu:
a. menaikkan
tarif pajak
b. menekan
pengeluaran pemerintah
c. meminjam
dana dari masyarakat
3.
Kebijakan sektor riil, yaitu
melakukan program-program nyata untuk mengendalikan harga dan produksi secara
langsung, ada 5 cara, yaitu:
1. menurunkan
subsidi pemerintah
2. menaikkan
atau meningkatkan hasil produksi
3. mengusahakan
peredaran barang dalam negeri menjadi lebih banyak, bisa dari meningkatkan
kapasitas produksi atau melakukan impor dari luar negeri
4. adanya
kebijakan upah
5. menetapkan
harga maksimal (price roof) untuk
barang-barang tertentu
G. Dampak
Inflasi
Inflasi ini dalam perekonomian dapat menimbulkan
dampak positif (keuntungan) dan dampak negetif (kerugian).
1.
Keuntungan Inflasi
a. Inflasi akan
meningkatkan pendapatan bagi para konglomerat / pengusah
b. Inflasi
menguntungkan bagi orang yang memiliki kekayaan dalam bentuk
barang berharga seperti emas dll, karena saat inflasi harga jual barang
berharga pasti juga ikut meningkat
c. Buruh yang
tergabung dalam serikat kerja yang kuat, dapat menuntut upah naik bahkan bisa
melebihi dari tingkat inflasi
d. Biaya
produksi naik sehingga harga komoditi ekspor ikut naik
2.
Kerugian Inflasi
a. Inflasi
merugikan orang yang berpendapatan tetap
b. Inflasi
merugikan investor
c. Inflasi
merugikan kreditur (orang yang memberikan pinjaman kepada pihak lain
d. Daya saing
perusahaan melunak
e. Efisiensi
menurun karena tingginya biaya produksi
f. Arus impor
meningkat sehingga menimbulkan defisit anggaran belanja, neraca perdagangan,
dan cadangan devisa
g. Inflasi
menimbulkan pengangguran
H.
Peran bank sentral
Bank sentral memainkan peranan penting dalam mengendalikan
inflasi. Bank sentral suatu negara pada umumnya berusaha mengendalikan tingkat
inflasi pada tingkat yang wajar. Beberapa bank sentral bahkan memiliki
kewenangan yang independen dalam artian bahwa kebijakannya tidak boleh
diintervensi oleh pihak di luar bank sentral -termasuk pemerintah. Hal ini
disebabkan karena sejumlah studi menunjukkan bahwa bank sentral yang kurang
independen -- salah satunya disebabkan intervensi pemerintah yang bertujuan
menggunakan kebijakan moneter untuk mendorong perekonomian -- akan mendorong
tingkat inflasi yang lebih tinggi.
Bank sentral umumnya mengandalkan jumlah uang beredar
dan/atau tingkat suku bunga sebagai instrumen dalam mengendalikan harga. Selain
itu, bank sentral juga berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang
domestik. Hal ini disebabkan karena nilai sebuah mata uang dapat bersifat
internal (dicerminkan oleh tingkat inflasi) maupun eksternal (kurs). Saat ini
pola inflation targeting banyak diterapkan oleh bank sentral di seluruh
dunia, termasuk oleh Bank Indonesia.
Berikut ini adalah salah satu contoh artikel yang
menyebabkan terjadinya inflasi:
Dolar Kembali Menguat, Rupiah Keok
Jakarta- Pembalikan arah (rebound) yang dialami Amerika
Serikat terhadap mata uang utama didunia mengganjal laju rupiah. Dalam
transaksi pasar uang, rupiah takluk 54 point (0,44 persen) kelevel 12.222
perdolar Amerika Serikat. Rupiah melemah bersama dengan mata uang Asia lainnya.
Analis PT Platon Niaga berjangka, Lukman Leong,
mengatakan dolar kembali dominan di pasar mata uang setelah mengalami koreksi
sejak akhir pecan lalu. Momentum pelemahan dua hari tersebut kemudian
dimanfaatkan oleh para pemain valuta asing untuk memborong dolar dengan harga
barang. “Imbasnya, rupiah dan maa uang pasar berkembang kembali tertekan,” kata
dia.
Investor yakin
bahwa dolar tidak akan pernah kehilangan daya tariknya sebagai asset paling
aman ditengah perlambatan ekonomi global. Melihat belum adanya tanda pemulihan
ekonomi Eropa dan Cina, kebutuhan dolar diperkirakan terus naik. Mereka
memanfaatkan setiap koreksi untuk mengakumulasi dalam jangka waktu yang lama.
Dari sisi internal, pelaku pasar mulai mengambil
sikap. Mereka melihat dan menunggu jelang rapat dewan gubernur Bank Indonesia.
Pelaku pasar akan melihat bagaimana respons bank sentral menghadapi ancaman
inflasi yang akan muncul setelah pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak
(BBM) bersubsidi. “kenaikkan harga BBM memunculkan ekspektasi kenaikkan suku
bunga acuan (BI Rate),” ujar Lukman.
Menurut dia, ada kemungkinan bank sentral menaikkan
suku bunga acuan mengingat kenaikkan harga BBM amat mungkin akan dilakukan
dalam waktu dekat. Namun hal itu masih bergantung pada bagaimana persiapan
pemerintah dalam meredam inflasi yang akan disumbangkan setelah kenaikkan harga
BBM.
Hari ini (Rabu,
12 November 2014) Lukman memperkirakan
rupiah bergerak kisaran 12.200 pe dolar AS dengan risiko melemah ke level
12.300 per dolar. Tembusnya level resistan 12.200 sudah menegaskan bahwa posisi
rupiah mulai rawan. “ Bank Indonesia perlu turun kepasar apabila pergerakkan
rupiah sudah tidak wajar.”
Tinjauan
Artikel
“Hiperinflasi
di Serbia”
Kapan pemerintah memutuskan untuk
mencetak uang guna membiayai pengeluaran-pengeluaran yang besar, maka dapat
dipastikan bahwa dampaknya adalah inflasi secara besar-besaran. Rakyat Serbia
telah mengalami hal itu pada awal dekade 1990-an.
Harga
Khusus, Hanya Berlaku Hari Ini: 6 Juta Dinar Untuk Coklat Snickers
Oleh Roger
Thurow
Beograd, Yugoslavia-Di sebuah toko yang
beranama Luna, satu batang cokelat Snickers berharga 6 juta dinar. Hal itu
terjadi setelah manajer Tihomir Nikolic membaca selembar faksmile yang telah
dikirimkan oleh atasannya semalam.
Perintah yang tertulis pada kertas itu
tertulis “Naikkan harga sebesar 99 persen”. Bahkan sebetulnya kenaikan harga
yang dikehendaki adalah 100 persen, namun kenaikan sebesar itu tidak jadi
dilakukan karena komputer yang ada di toko tersebut tidak mampu mencetak
perubahan persentase harga dalam tiga digit.
Maka untuk kedua kalinya hanya dalam
waktu tiga hari, Tuan Nikolic mempersiapkan perubahan harga. Ia melintangkan
sebatang alat pengepel lantai di pintu masuk sementara komputer mencetak
harga-harga baru di atas kertas perforasi. Kemudian dibantu oleh dua orang staf
ia menyobek kertas perforasi itu menjadi label-label harga kecil dan melekatkan
label harga pada masing-masing barang,namun hal itu terjadi lagi dapat mereka
lakukan karena sudah terlalu banyak
kertas harga yang menempel pada barang-barang itu.
Setelah empat jam berlalu, alat pengepel
itu mereka pindahkan dari pintu. Para pembeli mulai mengalir masuk, namun pada
umumnya mereka langsung keluar, setelah sejenak menggosok-gosok mata mereka
seolah-olah tidak percaya dengan harga-harga yang mereka lihat. Mereka kemudian
sibuk menghitung jumlah angka nol. Tuan Nikolic sendiri memincingkan matanya
ketika komputer mencetak harga untuk sebuah perekam video.
“Apakah ini miliar?”, ia bertanya pada
diri sendiri. Pada kertas harga tertulis 20.391.560.223 dinar. Ia kemudian
menunjuk kaos T-Shirt yang dikenakannya yang bertuliskan: “tidak terjangkau”
yang sama dengan nama jus buah yang pernah dijualnya. Ia katakan bahwa kalimat
tersebut sesungguhnya bisa menjadi ekspresi yang tepat bagi perekonomian Serbia
yang sedang sangat buruk.
Bagaimana lagi anda dapat menggambarkan
perekonomian Serbia? Sejak masyarakat internasional memberlakukan sanksi
ekonomi, laju inflasi mencapai tidak kurang dari 10 persen per hari. Dalam
kondisi seperti ini, jelas uang tidak lagi mempunyai nilai tukar 10 juta dinar,
itupun di Hotel Hyatt, atau 12 juta pada sebuah sebuah kios penukaran uang di
Alun-alun kota dan bahkan 17 juta pada sebuah bank yang di operasikan oleh
kalangan dunia bahwa tanah di Beograd. Masyarakat Serbia mengeluh bahwa
lembaran-lembaran uang dinar mereka itu sama nilainya dengan kertas tisu di
kamar kecil.
Sementara itu, percetakan negara yang
tersembunyi di belkang lokasi pacuan kuda di Beograd, dikabarkan terus-menerus
mencetak uang selama 24 jam sehari, dalam upaya pemerintahan untuk mengimbangi
inflasi yang terjadi, yang sebetulnya disebabkan oleh pencetakan uang secara
terus-menerus itu sendiri. Pemerintah yang menyakini bahwa pencetakan uang akan
dapat memadamkan ketidakpuasan yang terus berkembang di masyarakat, membutuhkan
uang untuk membayar parah buruh yang dipecat dari pabrik-pabrik yang gulung
tikar. Pemerintah juga memerlukan uang untuk membeli hasil panen dari para
petani dan berbagai hal lain, misalnya membeli minyak dan berbagai barang impor
yang diperlukan masyarakat. Selain itu pemerintah juga perlu menggaji
tentaranya yang sedang bertempur di Bosnia dan Kroasia.
Pegawai-pegawai di berbagai tempat
penukaran uang menyatakan bahwa dalam upayanya untuk mengjar target pencetakan
uang, pemerintah bahkan juga meminta perusahaan percetakan swasta turut
mencetak uang.
Sumber: The Wall Street Journal, 4 agustus 1993.
Di ambil dari buku : pengantar ekonomi jilid 2 ,penulis N. Gregory Mankiw
0 komentar:
Posting Komentar
@mira_rara ツ
@Mirasandrana
hidup tuh punya tujuan ツ untuk sekarang,esok,dan masa depan ツ.bissmilahirohmanirohim ツI love Allah ツ
rengat,riau ,indonesia · http://mira-sandrana.blogspot.com
Sunting profil anda
* 161 Tweets
* 350 Following
* 88 Followers